Minggu, 15 Juni 2008

Nama Besar Wanita di Balik Kiprah Pria

Nama Besar Wanita di Balik Kiprah Pria Nov 27, '07 7:49 AM
for everyone

Sederetan wanita seperti Lyudmilla A. Puttina, Hillary
Rodham Clinton, dan Christina elisabeth Fernandez de
Kirchner tentu akan selalu mengingatkan kita pada nama
belakang yang disandangnya. Lyudmilla A. Puttina tak
lain adalah istri Vladimir Puttin, Presiden Rusia saat
ini, sedangkan Hillary Rodham Clinton adalah istri
mantan presiden Amerika Serikat Bill Clinton, dan
Christina elisabeth Fernandez de Kirchner adalah istri
Nestor Carlos Kirchner mantan presiden Argentina yang
sekarang telah menggantikan suaminya menjadi presiden
terpilih di Argentina.
Tak diragukan lagi bahwa nama besar seseorang dapat
menjadi salah satu pendongkrak popularitas. Memang
dibalik nama belakang yang disandangnya, ketiga wanita
itu kini seakan telah sejajar dengan posisi sang suami
sebagai orang yang masih atau pernah menjabat (mantan)
sebagai orang nomor satu di negaranya.
Diakui atau tidak Lyudmilla A. Puttina, Hillary Rodham
Clinton, Christina elisabeth Fernandez de Kirchner
tentu dikenal nama dan sosoknya karena terkondisikan
oleh kiprah suami sebagai seorang presiden. Selama
sang suami menjabat sebagai presiden, tentunya ketiga
wanita itu sebagai ibu negara memiliki suatu
kesempatan dan potensi untuk melakukan berbagai
kegiatan kenegaraan. Kegiatan kenegaraan sangatlah
luas wilayah cakupannya, mulai dari kegiatan sosial,
pemberdayaan masyarakat, hingga pada suatu konsep
pencapaian sebagai ikon yang ideal.
Di awal aktivitas atau kegiatannya sebagai ibu negara
tentu tidak dapat dipisahkan dari pencitraan sosok
sang suami sebagai seorang presiden. Tapi seiring
berjalannya waktu dan semakin banyaknya aktivitas atau
kegiatan yang dilakukan telah mampu memposisikan ibu
negara menjadi tokoh yang akrab dan dikenal dekat oleh
rakyatnya.
Nama besar seorang ibu negara semakin tercetak
manakala aktivitas atau kegiatan serta sepak terjang
yang dilakukan selalu memiliki nilai positif di mata
rakyatnya. Apalagi bila sosok ibu negara itu pandai
untuk menarik simpati rakyatnya. Lambat laun nama
seorang ibu negara telah menjadi besar terlepas dari
pencitraan sosok sang suami sebagai seorang presiden.
Dan nama besar yang telah terbentuk pada seorang ibu
negara ini dapat dibuktikan dengan dukungan yang
diberikan padanya untuk maju sebagai salah satu
kandidat calon presiden (capres) baik oleh parlemen
ataupun rakyat secara langsung. Dukungan yang
diberikan ini tentu akan diberikan suatu umpan balik
melalui keberanian seorang (mantan) ibu negara untuk
berpartisipasi dalam pemilihan presiden. Umpan balik
berupa keberanian ini tentu sebelumnya telah melalui
suatu survey dan pengamatan yang reliable guna
mengetahui kualitas dan kuantitas yang sesungguhnya
dari dukungan yang diperoleh.
Kiranya realitas ini menjadi suatu urgensi dari sosok
Lyudmilla A. Puttina, Hillary Rodham Clinton, dan
Christina elisabeth Fernandez de Kirchner untuk maju
sebagai capres di masing-masing negaranya pasca masa
jabatan sang suami sebagai presiden selesai. Dan tidak
menutup kemungkinan bahwa (Vladimir Putin dan Nestor
Carlos Kirchner) sang suami sebagai mantan presiden
lebih memilih untuk mengundurkan diri dari pencalonan
sebagai capres agar lebih memusatkan dan memberikan
dukungan kepada sang istri untuk maju sebagai kandidat
capres yang terkuat.
Menarik sekali bahwa awal mula seorang ibu negara yang
peran dan posisinya tidak dapat dilepaskan dari citra
sang suami sebagai seorang presiden, dengan
berjalannya waktu telah mampu membangun citra mandiri
seorang wanita sebagai sosok ibu negara yang jauh
dari bayang-bayang sang suami.
Pencalonan, dukungan, dan keberanian untuk maju
sebagai capres yang dilakukan oleh Lyudmilla A.
Puttina, Hillary Rodham Clinton, dan Christina
elisabeth Fernandez de Kirchner adalah suatu bukti
rekonstruksi dari nama besar seorang ibu negara yang
telah mampu melepaskan diri dari kiprah dan sosok
suami sebagai seorang presiden.
Dan apakah benar bahwa konsep tentang nama besar
wanita di balik kiprah suami ini berlaku sedemikian
kuat? Hal ini dapat kita representasikan terhadap
keberhasilan yang ditunjukkan oleh Christina elisabeth
Fernandez de Kirchner dalam mencapai kursi
kepresidenan Argentina menggantikan sang suami yang
telah selesai masa jabatannya. Apakah keberhasilan ini
juga akan diraih oleh Hillary Rodham Clinton dan
Lyudmilla A. Puttina dalam persaingannya meraih kursi
kepresidenan di negaranya masing-masing dengan capres
lainnya yang tidak menutup kemungkinan ialah suaminya
sendiri?(kecuali Hillary Rodham Clinton).

Bila fenomena ini dikaitkan dengan kondisi negara
kita, maka akan terdapat wacana yang masih sangat jauh
untuk menjangkau hal yang demikian. Budaya dan keadaan
telah mengkondisikan bahwa sosok ibu negara di negeri
ini masih begitu kuat tercitrakan oleh sang suami
sebagai seseorang yang menjabat presiden. Namun tak
bisa dipungkiri bahwa di negeri ini juga telah
melahirkan sosok ibu negara yang memiliki nama besar
seperti Ibu Fatmawati sebagai istri Presiden pertama
RI, Ir. Sukarno, dan ibu Tien Suharto sebagai istri
mantan presiden Suharto. Kiranya nama besar pada kedua
ibu negara itu tidak dapat disandingkan dengan nama
besar pada ibu negara seperti Lyudmilla A. Puttina,
Hillary Rodham Clinton, dan Christina elisabeth
Fernandez de Kirchner karena memang sangat berbeda
jauh dalam orientasi dan tujuannya.
Mungkinkah di negara Indonesia ini mampu melahirkan
sosok seorang ibu negara yang mampu mewujudkan konsep
berdikari perihal nama besar wanita di balik kiprah
suami seperti Lyudmilla A. Puttina, Hillary Rodham
Clinton, dan Christina elisabeth Fernandez de Kirchner
Kita tunggu saja tanggal mainnya.

Dian Komalasari
Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Surabaya
email: dekabagink@yahoo.co.id

Tidak ada komentar: