Minggu, 15 Juni 2008

Wajib Militer Sebagai Ekspansi Nasionalisme

Wajib Militer Sebagai Ekspansi Nasionalisme Nov 27, '07 8:14 AM
for everyone

Wacana tentang pemberlakuan Wajib Militer (Wamil)
telah digulirkan oleh Departemen Pertahanan (Dephan)
dan sedang menunggu proses pembahasan di DPR untuk
memperoleh persetujuan. Bila kita mau mellihat lebih
jauh dengan membebaskan diri dari bias negatif, maka
wacana Wajib militer merupakan suatu bentuk
representasi dari konsep ekspansi nasionalisme. Memang
menarik untuk membahas masalah Wajib Militer ini dari
paradigma semangat kebangsaan. Diakui atau tidak di
masa sekarang ini, bangsa Indonesia ialah suatu bangsa
yang semakin berkurang karisma nasionalis warga
negaranya. Begitu banyak contoh kecil yang dapat
mewakili gambaran kurangnya nasionalisme warga
terhadap bangsa dan negara ini. Pertama, begitu
mudahnya budaya asing masuk dan diterima oleh generasi
muda tanpa suatu filter ideologi dan budaya bangsa
yang merekat kuat. Kedua, adanya suatu kebanggaan
untuk menggunakan produk luar negeri. Seolah produk
dalam negeri masih kalah jauh dari segi kualitas bila
dibandingkan dengan produk luar negeri. Padahal bila
kita mau berpikir lebih dalam, sebenarnya produk dalam
negeri telah mampu bersaing denagn produk luar negeri
baik dari kualitas maupun kuantitas. Produk dalam
negeri hanya kalah terkait masih belum memiliki nama
atau merk. Ketiga, banyak pejabat atau pengusaha yang
korup demi sebuah kepentingan pribadi ataupun golongan
denagn mempertaruhkan kepentingan negara. Beberapa
indikator kurangnya nasionalisme pada diri generasi
muda dan generasi tua telah membangun suatu stereotip
tentang lemahnya integritas bangsa Indonesia di mata
negara lain.
Kiranya gejala ini menjadi suatu bentuk kepedulian
untuk menanggulangi melaui sebuah gebrakan baru.
Terlepas dari bias kurang baik terkait masalah
pengadaan alat-alat militer, Dephan mencoba menawarkan
suatu bentuk perbaikan citra dengan konsep penerapan
Wajib militer.

Wajib militer ialah suatu bentuk pendidikan dan
pelatihan kemiliteran sebagai representasi tanggung
jawab dan kesadaran upaya bela negara bagi setiap
warga negara yang telah memenuhi kriteria. Dengan
menerapkan Wajib militer, maka secara tidak langsung
akan memupuk rasa nasionalisme dari setiap warga
negara. Penanaman rasa kepedulian, tanggung jawab, dan
kesadaran terhadap kondisi negara ialah suatu langkah
konkrit demi meluaskan atau mengekspansikan semangat
nasionalisme kepada setiap warga negara.

Bila melalui cara yang terkesan tersamarkan melalui
penanaman rasa kebangsaan dalam pendidikan di sekolah
masih belum mampu membangkitkan semangat nasionalisme,
maka tidak lain diperlukan suatu gebrakan baru yang
langsung menuju ke sasaran. Dan Wajib militer ialah
salah satu jawaban yang tepat. Wajib militer bukanlah
suatu usaha untuk menanamkan budaya anarkis dengan
selubung semangat kebangsaan. Apalah arti suatu bangsa
tanpa nasionalisme warga negaranya?

Nasionalisme ialah suatu paham kecintaan terhadap
bangsa dan negara sendiri sebagai bentuk tanggung
jawab, kesadaran, dan kekuatan integritas warga
negaranya. Integritas suatu bangsa sangat ditentukan
oleh rasa nasionalisme warga negaranya. Tanpa suatu
rasa kecintaan dan kepedulian warga negaranya, akan
dibawa kemanakah negara ini ke depannya? Yang ada
hanya suatu kepentingan-kepentingan pribadi atau pun
golongan yang berlindung di bawah payung atas nama
negara.

Di negara-negara maju lainnya, toh tujuan utama
penerapan Wajib militer selain untuk mewujudkan
pertahanan negara yang tangguh melalui penghimpunan
kekuatan rakyat, semuanya juga memiliki kecenderungan
untuk mengarah pada suatu upaya penanaman dan
pembinaan nasionalisme.

Memang wacana Wajib militer sebagai ekspansi
nasionalisme masih sulit untuk diterima oleh banyak
pihak. Tapi menilik fakta yang ada, maka tidak menutup
kemungkinan bahwa Wajib militer ialah untuk memperluas
dan menanamkan rasa nasionalisme kepada generasi yang
kelak melanjutkan kehidupan negara ini.

Apabila Wajib militer benar-benar diterapkan tentu
akan memunculkan pro dan kontra yang pelik. Segala
sesuatu tidak bisa dipandang hitam dan putih. Sebatas
wacana saja masih menyebabkan perdebatan yang seru,
baik menyangkut kesiapan anggaran maupun kompetensi
dalam pengordinasiannya.
Sebagai bangsa yang besar, kita harus mampu berpikiran
besar tentang suatu masa depan yang lebih baik. Siapa
yang akan membangun dan membesarkan bangsa ini kalau
bukan warga negaranya sendiri? Dan itu memerlukan
suatu bentuk kepedulian dan kecintaan kepada negara
melalui konsep nasionalisme.

Melihat kondisi bangsa Indonesia seperti sekarang ini,
Wajib militer tentu bukan untuk suatu tujuan membangun
kekuatan militer khususnya menyangkut kesiapan
berperang. Atau suatu kepentinagn kemiliteran yang
mendesak untuk penanggulangan suatu pertikaian.
Cakupan perang sudah tidak hanya terfokus perang secar
fisik. Perang kini telah tersamar dalam berbagai
bidang kehidupan yang mengglobal. Dan perang ini
dimaknai sebagai wujud persaingan antar negara.
Meski program Wajib militer dalam pelaksanaannya lebih
tampak pada penyiapan kekuatan secar fisik, tetapi
dalam iringan perjalanannya lebih mengarah pada
pembinaan mental yang bersifat intern. Karena sasaran
utama ialah pada penanaman dan penguatan rasa
nasionalisme melalui cara yang bersifat ekspansif.
Apabila program Wajib militer sebagai upaya untuk
membangun kekuatan militer yang tangguh dengan
melibatkan kekuatan rakyat didalamnya, toh bila
terjadi perang, kekuatan fisik manusia secara apa
adanya tidak lagi berperan dominan dalam meraih
kemenangan bila tanpa ditunjang suatu peralatan
militer yang canggih dan mutakhir.
Jadi untuk meraih suatu kekuatan militer yang tangguh
dengan berbasis kepada kekuatan rakyat dengan mencoba
menerakan Wajib militer untuk saat ini masih menjadi
wacana yang semu. Semu karena dibalik "kesemuan" itu
ada suatu hal yang lebih nyata dan mendesak untuk
memperoleh penanganan, yaitu dengan menumbuhkembangkan
semangat nasionalisme warga negara terhadap bangsa ini
yang kian lama kian redup.


Dian Komalasari,
Mahasiswa Jurusan Bahasa Dan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Surabaya
Email: dekabagink@yahoo.co.id

Tidak ada komentar: